News Update :
Hot News »
Bagikan kepada teman!

Kuterima Apa Adanya Dirimu

Seutas harapan 
ingin kujalin di hatimu

Apakah getaran cintaku 
mampu geletarkan hatimu
ataukah hampa kau rasa
utarakanlah padaku

Kuingin memilikimu
untuk temani hidupku
semua rasaku padamu
telah rasuki urat nadiku

Endapan rasa telah kuungkap
untuk lekatkan di hatimu
namun tak jua kau jawab
gusarkan penantianku

Semilir anginpun menerpa
mengusik derai air matamu
seusai tuturkan rasamu
kau takut kukecewa nanti

Kusapu keraguanmu
untuk beningkan kesungguhanku
di ruang hatiku nan terbuka
untuk terimamu apa adanya.
komentar | | Read More...

DSLM Tangguh Tahan Air Pertama Di Dunia

Semua produsen kamera saat ini serius menggarap pasar kamera DSLM yang semakin banyak peminatnya. Mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda, Nikon memperkenalkan kamera DSLM pertama di dunia dengan ketangguhan ekstra.

Nikon 1 AW1: DSLM Tangguh Tahan Air Pertama Di Dunia
Nikon 1 AW1 hadir dengan mengusung bodi yang lebih kokoh dibandingkan kompetitornya. Seperti layaknya kamera tangguh, AW1 tahan benturan dari ketinggian hingga 2 meter, dapat diajak menyelam hingga kedalaman 15 meter dan anti beku hingga -10 derajat celcius. Cocok bagi penyelam dan para petualang yang gemar menjelajah alam liar.
Di balik kemasan bodinya yang tangguh dapat ditemukan sensor CMOS 14 megapixel berkuran 1-inci (CX-Format) dengan dukungan prosesor Nikon EXPEED 3A. Dengan kemampuan prosesornya ini, Nikon 1 AW1 juga berhasil menoreh prestasi sebagai kamera DSLM dengan kemampuan continuous shoot tercepat di dunia untuk saat ini.
Seberapa cepat? Nikon 1 AW1 dapat memotret secara continuous dengan kecepatan 15 frame per detik pada pengaturan autofokus dan 60 frame per detik menggunakan pengaturan fokus terkunci. Selain itu, kolaborasi sensor dan prosesornya ini juga memungkinkan Nikon 1 AW1 untuk dapat memotret di kondisi cahaya yang minim dengan tersedianya opsi ISO dari ISO 100 hingga ISO 6400 dan mampu melakukan perekaman video pada format Full HD 1080p. Untuk menemukan fokus dengan cepat, Nikon 1 AW1 mengusung teknologi sistem autofocus hybrid. Sistem ini menggabungkan 73-titik autofocus (phase detection) dan 135-titik (contrast-detect). Hasilnya, fokus dapat dikunci dengan cepat dan lebih akurat dibandingkan kamera mirrorless yang hanya memiliki satu sistem autofocus.
nikon 1 AW1 3 lens 10mm 1 Nikon 1 AW1: DSLM Tangguh Tahan Air Pertama Di Dunia news kamera dslm foto video Nikon 1 AW1: DSLM Tangguh Tahan Air Pertama Di Dunia
Lalu bagaimana dengan lensanya? Untuk memotret kegiatan sehari-hari di kondisi yang normal Anda masih dapat menggunakan jajaran lensa Nikon 1 atau menggunakan lensa F-Mount Nikon lewat adapter khusus. Bagi Anda yang ingin memotret di kondisi ekstrim, telah tersedia 2 buah lensa yang sama tangguhnya untuk menemani Nikon 1 AW1. Untuk membedakan dengan lensa Nikon lainnya, kode nama lensa tangguh dari Nikon menggunakan kode AW. Kedua lensa tersebut adalah 1 Nikkor AW 10mm F/2.8 dan 1 NIKKOR AW 11-27.5mm f/3.5–5.6.
Rahasia ketangguhan kedua lensa ini yaitu terletak pada hadirnya lapisan kaca tambahan di atas permukaan lensa yang dapat melindunginya dari air dan debu. Untuk lensa 1 NIKKOR AW 11-27.5mm, di sekeliling cincin lensa (bagian lensa yang dapat diputar untuk melakukan zoom) juga telah dilindungi karet . Selain itu, di sekitar mount lensa telah dilengkapi dengan cincin khusus (O-Ring) yang berguna untuk mencegah air dan debu masuk ke dalam sensor.
Nikon 1 AW1 akan tersedia di bulan Oktober 2013 dan dijual sepaket dengan lensa 1 NIKKOR AW 11-27.5mm f/3.5–5.6 dengan harga mulai dari US$800. Untuk lensa 1 Nikkor AW 10mm F/2.8 dijual terpisah dengan harga sekitar US$480. Warna yang tersedia yaitu hitam, silver dan putih serta tersedia aksesoris berupa skin dari karet yang hadir dalam pilihan warna hitam, coklat khaki dan oranye.
nikon 1 AW1 2 Nikon 1 AW1: DSLM Tangguh Tahan Air Pertama Di Dunia news kamera dslm foto video          Nikon 1 AW1: DSLM Tangguh Tahan Air Pertama Di Dunia
Nikon 1 AW1
SensorCMOS 1-inci 14 megapixel
FormatCX (2,7x crop factor)
Video1920 x 1080 (60i, 30p), 1280 x 720 (60p, 30p), 640 x 240 (400 fps), 320 x 120 (1200 fps)
ProsesorEXPEED 3A
Layar3-inci, 921.000 titik
ISO160-6400
KonektivitasWireless (opsional via adapter), HDMI, USB 2.0, GPS
MemoriSD/SDHC/SDXC card
BateraiLithium-Ion EN-EL20
Dimensi114 x 72 x 37 mm
Bobot201 gram
komentar | | Read More...

slow shutter

mari bermain2 dengan slow shutter yuk!?


pada dasarnya sih njepret aja kok, sama seperti biasanya. hanya nde sini kita sedikit banyak harus memperhatikan berbagai macam elemen yg kita gunakan untuk mengisi frame yg kita ingini. kayak apa sih yg diingini, apa aja elemen gambar yg akan kita pake, kapan mengerjakannya .. yah seperti itu deh.

biasanya, kan kita terpaksa menggunakan slow shutter pada saat kondisi gelap, dan ingin tetep ingin mendapatkan dof yg cukup tebel. atau juga ingin mendapatkan efek pergerakan, seperti pergerakan air terjun, sungai, atau yg sejenisnya. tapi gimana kalo seandainya kita kembangkan lagi buat ndapatin poto yg 'lebih nyeleneh' lagi ketimbang biasanya?

*anggap saja masalah metering kita dah lewat, lulus dengan nilai 100%, hahahaha.

biasanya slow shutter identik dengan poto2 pergerakan yg dijadikan suatu pattern, kayak poto air, poto cahaya di malam hari, poto panning sesuatu yg bergerak. tapi intinya hal2 tersebut di atas adalah memoto dalam kondisi kita 'diam' atau tak bergerak sama sekali dan yg bergerak adalah obyek/subyek dalam frame. tapi kalo seandainya 'kitanya' yg bergerak gimana? plus ditambah dengan sedikit adjustment di kamera untuk mendapatkan efek pergerakan yg kita mau, keknya seru juga loh.

seperti poto di bawah ini,


untuk mendapatkan poto ini, bisa dibilang masih relatif mudah dan murah kok, hanya bayar tiket masuk plus tiket naik ke wahananya. hanya saja yg dirasa sedikit mahal adalah pada efek samping setelah njepret, bisa muntah bo'! dan bener kejadian, muntah2 setelah dapat poto ini, hahahahaha ..
idenya sih simpel, hanya ingin berbagi 'gimana rasanya' naik sebuah wahana, dan mendapatkan 'rasa' pergerakannya. hanya 'rasa' muntahnya aja yg gak bisa digambarkan di frame ini, jhiaaaa ..

atau poto yg dibawah ini,

built in flash, mode in 2 sync, dengan kompensasi sekitar -1 sampai -2, lupa tepatnya.
built in flash, mode in 2 sync, dengan kompensasi sekitar -1 sampai -2, lupa tepatnya.

sama persis ama apa yg ingin diceritakan ama poto di atas, pergerakan kita dan atau pergerakan yg terjadi di sekitar kita. cuman kalo ini syarat mutlaknya adalah kita harus berada di suatu kendaraan yg sedang bergerak. hahaha, gak mungkin pas diemnya kan?

kalo di atas poto2 dalam kondisi gelap, gimana kalo siang hari?
jadinya seperti di bawah ini, hmm .. asik sepertinya untuk diekplor lagi! =D


wah, keknya seru nih ngomongin poto2 kek gini, abisnya tantangan yg harus kita lakukan cukup sulit dan seru abis. memang sih butuh sedikit sabar, pi pasti bisa dilakukan kok.

caranya?
* yg jelas kita butuh konsep cerita, atau ide cerita. kita mau apa, butuh gambar yg seperti apa, maunya kek gimana, apa aja yg termasuk di frame tersebut. secara kalo ndak ada, ya bisa sih, tapi malah jadinya uji coba mulu, dan kalo dah bilang uji coba, ya hasilnya pasti jadi hasil uji coba .. hahahaha, lebay!

* metering yg akurat.
seperti biasanya, tetep ngomongin metering yg tepat. abisnya ndak lucu lah kalo masih ada masalah ama metering. hahaha. memang terkadang kita ndak bisa juga akurat 100% pas gak lebih gak kurang, pi kalo dicoba terus, yakin deh nti pasti bisa didapat.

* kompensasi settingan
ini sedikit sulit, tapi sebenarnya mudah banget kok. gampangnya gini, hitung setepat2nya metering, trus kompensasi settingan yg kita dapat ke 'selambat2nya' settingan pada metering awal yg kita peroleh. jadi kalo seandainya kita dapat 11 125 100, bisa kita rubah ke 22 1/15 100, dah pasti jadinya lebih lambat ketimbang yg awal bukan?

* kompensasi pergerakan
kalo ini ngomongin masalah pergerakan yg ingin kita dapatkan. contoh kata, kita berada di dalam suatu kendaraan, dan ternyata kita dapat 22 1/4 100, setelah dicoba jepret kok ternyata hasilnya kurang ada efek pergerakan yg didapat? nah, ini berarti ada masalah ama settingan kondisi saat penjepretan. apakah kondisi di sekitar kurang 'tepat' untuk mendapatkan selambat2nya shutter? atau 'pergerakan' kita yg kurang 'cepat'? ada 2 hal yg bisa kita coba, perlambat shutter (dengan catatan kalo bisa) atau percepat pergerakan kita. tapi kalo hal tersebut ndak mungkin dilakukan, berarti yg bisa kita rubah adalah settingan kondisi, cari kondisi yg sekiranya bisa kita dapatkan settingan yg 'lebih lambat', kayak pada pagi/sore hari, mendung, gelap, atau yg lain.

* area fokus
bisa ditaruh di 'sedikit ke infinity focus', tapi yg paling sering dipake adalah di area terdekat kita, bukan di area terjauh atau paruh area. karena yg terpenting nde sini itu adalah foreground, kecuali kalo ndak ada foreground dalam gambar kita.
rubah settingan dari af ke manual untuk mengunci titik focus.

* jepret
nah ini yg butuh kesabaran penuh. nti pasti ngerasain sendiri deh rasanya .. jadi kalo sampe ada cerita muntah, muntah aja sekalian, hahahahaha .. untuk masalah 'kamera harus steady' atau harus dalam keadaan diam, sepertinya agak sulit, karena untuk mengejar 'ke-steady-an' tersebut kita butuh banyak banget peralatan untuk itu. kayak boom stand atau bisa juga modifikasi tripod, kondisi kendaraan (kalo kendaraan yg dijepret) yg mulus lajunya berikut dengan pemilihan tempat dimana kendaraan tersebut jalan, trus ama shutter release yg cukup panjang (bisa juga pake remote), dan peralatan penunjang lainnya yg jelas. pi so far bisa dikerjakan tanpa peralatan2 tersebut kok. masih cukuplah modal tangan dan kamera doang, hahahaha.

* flash
butuh kah? kalo emang butuh banget, biasanya yg paling enak itu kita pake mode flash di 2sync atau 2 curtain, untuk merekam 'pergerakan terakhir'. jadi bisa dapat gambar 'yg akhirnya' sedikit lebih tajam. tapi kalo pingin 'awalnya' yg dikejar, bisa pake 1sync atau 1 curtain.

* filter ND/GND?
hmm .. sebenarnya sih kalo pinter2 milih waktu yg tepat, gak butuh kok. 






hmm .. ada ide lagi gak ya?
komentar | | Read More...

Tips and Trick, Metering

metering .. pernah denger kata tersebut?

kalo bahasa lain yg seharusnya dipake sih, eksposure kali ya. secara metering itu kan adalah suatu metoda untuk memeter atau mengukur suatu keadaan, dan yg diukur itu adalah eksposure suatu keadaan. ini di dunia poto menpoto ya. tau lagi deh kalo ngomongin yg lain.

jadi kalo ada yg bilang 'meteringnya kurang pas tuuh!'
kemungkinan besar yg dimaksud adalah, eksposure dari suatu gambar yg dihasilkan kurang pas atau meleset dari keadaan sebenarnya. ada yg under, dan ada yg over.

meski sebenarnya udah dijelasin nde Lesson 2,  nde sini dicoba lagi untuk lebih dipermudah dan digampangkan lagi biar lebih mantab gitu..


setiap kamera digital, itu ada konsep metering di sistemnya. 
dan ternyata ndak hanya di digital, di dunia analog juga gitu, konsep metering ini dah diadain dan terus dikembangkan (karena sebetulnya kamera digital kan pengembangan dari kamera analog, hihihi). seperti adanya TTL, dan kemudian ada E-TTL, sistem ini dikembangkan bukan hanya buat flash, lah wong padahal aslinya buat metering kamera kok! jadi sebenarnya kalo ngomong manual gak manual, keknya dah gak jaman deh, secara beberapa kamera jadul pun dah ada itu yg namanya konsep metering di dalamnya. memang ndak terlihat, ndak bisa dipencet2, tapi itu kerasa dan ada. 

nah kalo mau ngomongin metering itu gampangnya kek gini, 'pengukuran suatu keadaan pencahayaan', nah ukuran yg paling enak itu adalah dengan mengukur apa 'yg dilihat oleh mata kepala kita', coba teman liat area sekitar, enak tidak ngeliatnya? eksposurenya yaapa? shadow midtone highlightnya gimana? tetap? enak? 
nah metering tersebut kita sebut metering 0! ndak under ndak over, kalo gelap ya gelap, kalo terang ya terang. begitu.
*serius dilakuin loh ya! liat ke area di sekeliling rekan!

tetapi kalo di kamera, hal tersebut tidak dapat dilakukan otomatis, meski toh kamera terbaru dah bener2 canggih. dan biasanya permasalahan yg paling sering muncul itu seperti ini, kenapa kalo kita menset modenya di semi Auto, kayak Tv/S atau Av/A dan juga yg lain kayak P, sampe ke mode Scene, kenapa setiap kita mencoba untuk framing pada suatu area yg kita 'bisa liat', maksudnya highlight dan shadownya ada meskipun kuat, tapi kalo dicoba jepret kok sering kali gagal, ada under ada over? setiap framing di pencahayaan kuat, kayak matahari atau lampu, area disekitarnya jadi warna gelap? trus kalo framing di area yg gelap, kenapa kelihatannya 'aneh diliat', ndak lagi gelap seperti aslinya?
trus kenapa pula kalo kita mensetnya di mode M, terkadang masih terjadi juga hal yg serupa?

ini yg disebut2 dengan eksposure.
untuk mendapatkan gambar yg bener exposurenya, ndak under ndak over, 0, kita butuh settingan yg tepat. dan untuk mendapatkan settingan yg tepat, kita butuh memeter suatu keadaan dengan akurat. nah, hasilnya adalah gambar dengan eksposure yg tepat!
hal inilah yg sering disebut2 sebagai 'metering' atau proses memeter suatu keadaan.


di kamera ada berbagai macam mode metering, kayak partial, evaluative, matrix, spot, center weighted, partial, bla bla bla. mode ini adalah sebuah mode atau suatu metoda pengukuran eksposure yg diliat kamera melalui lensa (TTL = trough the lens). jadi sebenarnya mode apapun itu bentuk dan namanya, hanyalah sebuah alat bantu yg mempermudahkan pengguna kamera untuk mengukur suatu keadaan dan secepatnya mendapatkan settingan yg pas untuk suatu kondisi. 
contoh paling gampang buat nggambarin mode2 ini kayak gini, andaikan kita punya ballpoint 4 warna, pake warna apapun itu, fungsinya dasarnya sama, buat nulis. nah, mode2 yg ada di kamera ini juga begitu, ada banyak, dan semuanya sama kegunaannya, untuk memeter suatu keadaan.

Q = trus enaknya pake mode apa?
A = terserah. terserah ama penggunanya.


baik, lanjut. kita akan melakukan beberapa trik kecil. siapkan peralatan2 yg dibutuhkan nde bawah ini,
> kamera
> kertas hvs warna putih polos, bisa juga kain warna putih polos, atau apapun itu asal putih polos.
> kertas art paper item polos, atau kalo ndak bisa kain item, atau yg lain asal item polos.

udah siap? bisa kita mulai sekarang?
> idupin kamera.
> set mode dial di Av/A.
> set mode metering di evaluative.
> buka cap lens.
> set focal length di 55mm.
> frame penuh ke kertas putih, (jangan ada warna lain masuk seperti bayangan ke dalam frame)
> jepret
> sekarang arahkan kamera ke warna yg lebih gelap di sekitar anda. kalo nda nemu, biasanya tas kamera banyak yg berwarna item, bisa digunakan warna hitamnya. jepret.

gambar dengan warna putih, dan gambar tas yg berwarna gelap udah didapat.
gimana warnanya? bagus? sama dengan aslinya?

Q = kenapa ndak dapat warna yg seperti aslinya, kenapa begitu?
A = jawabnya kek gini

kalo jarum ditaruh tetap di tengah, atau di nilai 0
kalo jarum ditaruh tetap di tengah, atau di nilai 0

konsep metering di kamera adalah merubah warna2 yg ada (yg biasa kita lihat) ke dalam bentuk gradasi hitam putih, seperti di gambar atas. ada 5 zones, yg padahal seharusnya ada 11 zones menurut kang Ansel Adam. warna hitam dirubah jadi abu2. warna putih dirubah pula jadi abu2. jadi pada dasarnya, yg dilihat oleh 'mata metering kamera (TTL)' adalah warna gradasi dari hitam ke putih, bukan warna warni seperti yg mata kita liat.. lucu yah!?

Q = kenapa begitu? kenapa semuanya dirubah menjadi warna abu2?
A = untuk menghindari gagal gambar. warna abu2 adalah warna tengah, ndak hitam ndak putih, ndak under, ndak over. 
ndak ada cerita gambar kebakar kan kalo di digital?

balik lagi, sekarang kita lakukan lagi percobaan lainnya,
> set exposure compensation di sekitaran +1 hingga +2
> frame lagi ke kertas putih
> jepret

> trus set exposure compensation di sekitaran -1 hingga -2
> frame ke warna item yg teman punya
> jepret

Q = kenapa exposure compensationnya 'sekitaran'?
A = karena saya tidak tahu anda menjepret warna item & putih tersebut dengan kondisi seperti apa. dan exposure level pada saat anda menjepret, hanya anda yg tau.

lanjut lagi, liat hasilnya, bagaimana? udah hampir sama persis?
kalo masih belum berhasil menyamakan warna putih/hitam yg dihasilkan kamera dengan 'kondisi warna aslinya', berarti anda masih gagal mendapatkan gambar dengan metering 0, atau metering sebenarnya pada saat penjepretan tersebut. ulangi. mungkin kompensasi yg teman lakukan kurang tepat. cari lagi.
tapi kalo udah berhasil. apa yg anda dapat dari percobaan di atas?.......................


lanjut,
> sekarang peralatan dengan warna hitam dan putih tersebut, sejajarkan, untuk mempermudah proses penjepretan.
> mode Av/A 
> set jarum exposure-nya di +2 
> fl 55mm
> frame ke warna putih
> pencet tombol lock exposure
> frame ke warna hitam
> jepret

trus
> masih sama seperti di atas 
> set jarum exposurenya di -2 
> fl 55mm
> frame ke warna hitam
> pencet tombol lock exposure-nya
> frame ke warna putih
> jepret

lanjut lagi
> masih sama juga seperti di atas
> set jarum exposure di -2 (atau di +2)
> fl 55mm
> frame ke warna hitam (atau putih)
> pencet tombol lock exposure
> frame kedua warna tersebut
> jepret

*catatan
> tombol kunci eksposure atau exposure lock bisa diliat di buku manual kamera masing2. 
> canon user, tanda bintang (*) yg terletak di jempol kanan. setelah terkunci, bisa diliat di viewfinder ada tanda bintang (*)
> nikon user, tanda AEL/AFL di jempol kanan. tombol ini harus dipencet terus pada saat locking, kalo dilepas artinya lepas pula kuncinya. tapi bisa diset jadi 1x lock kok, masuk ke custom menu ya.
> kamera lain user, sila baca buku manualnya ya ..

dari sini, apa yg anda dapat dan pelajari?.................................................
isi lagi ya!

kalo jarum ditaruh di 'nilai' kompensasi
kalo jarum ditaruh di 'nilai' kompensasi

dari sini kita bisa baca, pada saat kamera membaca area gambar dan kemudian kita berikan informasi tentang exposure yg tepat, dengan kompensasinya, otomatis kamera akan merekam warna2 yg didapat ke dalam range gambarnya.
contoh, kalo ada warna hitam, dan kita berikan informasi bahwa warna tersebut yg ada di depan lensa adalah hitam atau sama dengan hitam, kamera otomatis akan merekamnya menjadi hitam, dan tentunya warna2 lain akan masuk ke dalam range2nya sendiri, hitam ke hitam, abu2 ke abu2, dan tentunya putih akan ke putih = normal.
tetapi jika informasi yg kita berikan salah, seperti percobaan sebelumnya, warna hitam akan ke abu2, abu2 akan ke putih dan tentunya putih akan berada di luar range = over. atau sebaliknya, putih ke abu2, abu2 ke hitam, dan hitam berada di luar range = under.


oke lanjut lagi,
Q = percobaan nde atas, dibuat untuk warna hitam dan putih. bagaimana dengan warna2 lainnya? hijau kuning merah biru, bla bla?
A = gambar di bawah ini jawabnya. tapi saran aja, mending lupakan, praktekkan sendiri di lapangan, dan cari warna2 teman sendiri, secara kalo nyari sendiri biasanya sih lebih cepet hafal. lagian warna selalu berubah juga meteringnya, apalagi outdoor.


Q = bagaimana dengan kondisi poto2 outdoor? dimana kita bisa melakukan metering yg pas? 
A = bebas, bisa dimana aja, warna apapun itu. yg perlu diperhatikan adalah perbedaan pencahayaan pada sebuah warna, katakanlah warna merah, merahnya merah yg segimana? terang? gelap? mengkilat? pudar? matang? mentah? dan kemudian berapa pula kompensasi tepatnya?

Q = percobaan nde atas? berapa aperture shutter dan iso yg harus saya pake?
A = terserah. pake semi auto kan? Av/A? terserah! yg kita ambil nde sini itu gambar, bukan settingan. yg kita lakukan nde sini memeter keadaan, bukan melihat settingan gambar.


Q = poto nde atas, metering dimana?
A = lupa

Q= jadi intinya, kalo kita dapat memeter 1 warna dengan benar, kita dapat metering 0 pada suatu kondisi? dengan kata lain semua warna yg ada?
A = tepat!

Q = di depan ada matahari, memeter ke depan, atau ke belakang, samping, atas, bawah, kalo kompensasinya tepat, pasti juga dapat metering 0?
A = iya!



semoga bermanfaat,

komentar | | Read More...

Diam

Saat mata menerawang jauh,
hanya ada sosokmu terbias...
Sepertinya ku merindu sapaanmu,
canda dan perhatianmu,

sebagai sahabatku,
seperti halnya mereka,
namun kau seakan membisu...

Bulir-bulir bening di mataku,
bukannya jatuh karena terpeleset di pipiku...
Namun mereka merasa empati dengan perasaanku,
merelakan dirinya jatuh untuk menemaniku...

Sedangkan kau?
Tetap diam dan menyimpan kata-katamu...

Aku menahan rasa pedih karena diam'mu itu...

Aku setia menyapa,
hanya menerima bunyi angin yang berlalu...
Aku tetap setia menyapa,
namun diam itu juga setia padamu...

Aku melihat diriku,
masihkah punya arti dalam hidupmu?
Diam mu begitu angkuh padaku,
mengejekku,
dan seolah berkata: Jangan Dekati Aku Lagi! Kau Memuakkan, Selalu Saja Menggangguku!

Negatif'kah pikiranku ini?
Diam'mu itu yang membuatku begitu...
Aku hanya merasa 'ora direken'...

Ya sudahlah!
Terserah apa tuduhanmu...
Aku tak ingin tau lagi segala tentangmu..
Aku akan pergi dari hidupmu,
sampai kau tak menemukan ku lagi...
komentar ( 1 ) | | Read More...
 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger | Distributed by Way2 Blogger Templates