News Update :
Home » , , » One Shot Story

One Shot Story



Gadis itu berjalan hati-hati melewati genangan air. Sesekali mendongak ke atas, memperhatikan titik-titik air yang satu-dua masih turun bersama dengan hembusan angin musim hujan yang membuatnya merapatkan sweaternya. Mengeluh tertahan.Di sisi yang lain, beberapa meter darinya, seorang lelaki berdiri. Jongkok, mengeluh tertahan menatap puluhan titik air yang tetap membasahi. Menghela napas berulang kali, menatap kameranya yang belum mendapat hasil memuaskan.Kedua insan ini tidak saling memperhatikan, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Belum ada tanda-tanda keduanya akan beradu pandang, meski hanya sedetik. Sang lelaki acuh, gagah, dan penuh dengan kekhawatiran itu hanya mengutak-atik kameranya, mengeluh tiap kali menatap layar kameranya. Tidak jauh berbeda dengan gadis berwajah ayu yang dingin itu, ia juga sibuk dengan pikirannya yang melayang entah kemana. Tapi, waktu selalu mempunyai rahasia. Tepat ketika jam taman menunjukan angka sembilan tepat, kisah mereka dimulai.

Lelaki itu tidak memperhatikan keadaan sekitarnya, ia terlalu sibuk pada titik-titik air yang membasahi bunga yang terjatuh, sibuk memotret. Hingga keajaiban hujan itu dimulai, sang gadis tsundere melewatinya. Dengan tatapan dingin yang lurus kedepan, gadis itu berjalan resah dan berulang kali menatap jam tangannya. Tapi itu semua cukup untuk membuat semua aktivitas seolah terhenti. Membuat rinai hujan seolah tertahan. Dan(juga) membuat lelaki kita ini tertegun sesaat, terpaku pada pesona gadis yang membawa aura anggun yang dingin. Tanpa sadar, ia terus memotret gadis itu. Hingga sepanjang hari itu, ia telah menghasilkan beratus-ratus foto dari gadis yang sama, dengan berbagai pose.Hari demi hari berlalu, lelaki gagah kita selalu datang tepat pukul sembilan pagi. Duduk di tempat yang sama, menanti gadis yang sama, melewati tempat yang sama, seolah tidak tersisa rasa bosan di hatinya. Dan, hebatnya gadis tsundere kita tetap 'sibuk' dengan dunianya. Tidak sedikitpun berhenti, sekedar menatap taman yang begitu indah ataupun matahari yang terasa amat hangat.Tapi, kali ini takdir memiliki jalannya sendiri. Gadis kita mulai menyadari obsesi lelaki yang selalu duduk di bangku taman nomor dua, dan tersenyum tipis melihatnya. Ia mulai merasa tak nyaman, risih."Kau selalu memotretku?"Lelaki gagah kita terdiam. Terbungkam mulutnya. Terkunci sudah suaranya."Aku tidak keberatan selama kau tidak berniat buruk," dan ia berjalan begitu saja. Meninggalkan lelaki kita yang semakin mabuk oleh perasaannya. Tanpa seorangpun menyadari, satu tahun telah berlalu. Foto-foto gadis itu memenuhi dinding kamarnya, mengisi laci dan sudut-sudut rumahnya. Menyedot seluruh perhatian, energi, dan gairah hidupnya.

Hari ini hujan turun deras, gadis tsundere kita kehujanan. Menggigil melewati taman, entah apa yang memaksanya menerobos hujan. Begitu juga dengan lelaki gagah kita. Seolah tidak merasakan hujan dan angin, ia tetap membatu di bangku deretan dua. Termanggu. Meski gadis itu acuh melewatinya, entah darimana kekuatan lelaki kita kembali. Suaranya bergetar memecah rinai hujan yang semakin deras. Nyaris tidak terdengar."Berteduhlah,"Gadis itu menoleh, menaikkan alisnya 'apa?'"Berteduhlah! Kau bisa sakit,""Apa pedulimu!" teriaknya. "Aku benci hujan!""Lantas berteduhlah! Untuk apa menerobosnya? Melawannya?"Gadis itu mengangguk, tidak mempedulikan giginya yang gemetaran, "Aku ingin membuktikan bahwa hujan ini bodoh. Sama bodohnya dengan kau yang memaksaku berteduh! Enyahlah!"Keduanya terdiam. Sesaat, hanya desau angin dan suara hujan deras yang mengisi percakapan kedua sejoli kita ini. Namun, gadis kita berbalik arah, bersiap meninggalkan taman, memutuskan untuk melawan hujan."Siapa namamu?" lelaki gagah kita berteriak, bertanya menembus rinai hujan."Apa pedulimu? Enyahlah!""Aku peduli padamu! Kumohon, aku akan pergi!"Gadis itu terdiam, sesaat ingin mengacuhkan lelaki aneh itu. Tapi, hatinya tergerak, "Dhike! Namaku Dhike! Sekarang enyahlah!"Gadis itu memutuskan untuk berbalik. Meninggalkan lelaki setia dengan sejuta perasaan aneh. Namun, entah apa yang menguatkan tubuhnya, lelaki itu justru berlari. Mengejar gadis dingin kita, menangkap tangannya. Menariknya dan tersenyum puas, "Hujan ini peluru. Tersenyumlah. Kau semakin cantik ketika tersenyum. Bukankah sepanjang tahun ini kau belum tersenyum?""Tahu apa kau?""Aku tahu dirimu,"Gadis itu menatap lelaki dihadapannya, tertegun."Sejak pertama kali aku melihatmu, aku terpesona. Amat terpesona. Tapi, kau tidak sekalipun membalas senyumku. Dan, aku berjanji akan membuatmu tersenyum. Aku berjanji,""Kau berjanji untuk enyah setelah aku menyebutkan namaku! Aku sudah melakukannya, tunaikan janjimu!" Gadis itu pergi, memaki dan meninggalkan lelaki setia yang tetap menunggunya.

Setelah peristiwa itu, Dhike tidak pernah mengunjungi taman. Tidak seharipun. Tapi, kali ini berita buruk terdengar. Seorang lelaki tewas menggigil di tengah hujan. Ia tertegun menatap televisi yang mengabarkan berita yang memaksa siaran favoritnya terhenti. Menyimak sesaat. Tapat sedetik setelah pembawa acara menutup laporannya, gadis dingin itu menyambar sweaternya. Berlari sekenanya, menerobos hujan, mengunjungi taman untuk pertama kalinya sepanjang tahun ini. Tergugu didepan kerumunan. Lelaki yang memaksanya menari ketika hujan itu tewas membeku. Kedinginan dengan perut yang kosong.

"Hujan ini bukan peluru. Tersenyumlah,"

Created by: Ratu Bintang A.Gomen kalau kepanjangan ^-^



Farewell Ikemen Idol
Ghaida’s POV
Minggu, 23 Desember 2012. Akhirnya aku mengumumkan kelulusanku dari JKT48.

Sebelum semua itu terjadi, aku telah berkonsultasi secara pribadi dengan Jirou San, manager JKT48 seusai konser AKB Kouhaku Taikou Utagassen yang ke 2. Ia pun memaklumi keputusanku dan akhirnya ia memberi pilihan kepadaku apakah aku mau mengumumkan kelulusanku secara langsung atau tidak, aku katakan ya. Jirou san juga mengatakan bahwa sebenarnya aku termasuk dalam Team J, begitu juga dengan seluruh anggota JKT48 Gen 1. Pikiranku lebih lega lagi ketika tahu bahwa yang menjadi kapten team adalah Devi Kinal Putri. Semua itu akan jadi bagian dari surprise acara perayaan 1st Anniversary JKT48 di Senayan pada tanggal 23 Desember 2012. Aku tahu. Akan banyak tangisan yang terjadi dengan adanya keputusanku ini. Tapi mau bagaimana lagi.

Benar saja. Jirou san mengumumkan bahwa akan ada acara perayaan 1st Anniversary JKT48 pada tanggal 23 Desember 2012 dan setlist yang akan digunakan untuk pertunjukan theater yang baru adalah Setlist Team A: Renai Kinshi Jourei . Untungnya hanya itu saja yang dia umumkan. Dengan ini, aku memutuskan bahwa aku akan memberikan performance terbaikku sebagai kado perpisahan bagi fans.

Dalam satu kesempatan, aku mencoba untuk memberitahukan kelulusanku kepada member. Aku memilih bercerita kepada Kinal. “Kak Ghaida serius!?” ucap Kinal setengah berteriak ketika tahu bahwa aku akan lulus. Mata nya melotot layaknya orang yang terkena serangan jantung. Aku berusaha memasang wajah serius. “Yang jelas, Renai Kinshi Jourei bakal jadi setlist terakhirku. Cuma itu yang bisa aku jelasin sekarang. Dan satu lagi, jangan cerita ke temen-temen ya, apalagi sama Stella dan Diasta”. Sejauh ini, baru Jirou san dan Kinal yang tahu perihal kelulusanku. Dan sekitar beberapa minggu sebelum acara, aku pun harus kembali keluar masuk rumah sakit.

Akhirnya hari itu pun tiba. Di acara 1st Anniversary JKT48, Team J akhirnya terbentuk dengan Kinal sebagai kapten nya. Aku mengajukan diri kepada staff agar aku sendiri yang membawa surat kejutan yang berisi tentang terpilih nya Kinal sebagai kapten team. Setelah pengumuman tersebut, ternyata masih ada 1 sesi kejutan lagi. Kami semua pun pergi menuju backstage, ketika tiba-tiba Jirou san memintaku untuk pergi menemui nya.

“Aku memberi satu sesi tambahan ini, agar kamu bisa mengumumkan kelulusan mu sendiri. Bagaimana? Kamu sudah siap?” Jirou san berkata kepadaku. Aku pun berpikir, mungkin ini memang moment yang tepat, aku pun menyetujuinya. Setelah itu, tiba-tiba Stella datang dan mengajak ku untuk bicara berdua. “Ghaida, kamu beneran mau grad?” ucap nya dengan muka serius, tetapi dari sorot mata nya, dia berusaha meyakini bahwa aku hanya bercanda. “Kamu tau dari siapa? Kinal ya?”. “Iya, Shania juga udah tau. Aku cerita ke dia karena dia ngerasa aneh dengan sikapku akhir-akhir ini”. “Yang lain gimana?”. “Tenang, baru Shania aja kok yang tau”.

“Iya, semuanya itu bener. Udah, yang penting sekarang kita ngasih perform final yang bagus buat mereka ya!” aku mencoba mengalihkan perhatian nya. Aku lalu melirik ke Kinal, tatapan nya seperti orang yang merasa bersalah. Aku pun tersenyum.

Lagu Heavy Rotation pun perlahan menghilang. Aku langsung berinisiatif untuk maju ke depan. Member yang lain kebingungan. Aku lihat Stella terdiam dan perlahan air mata mulai menetes membasahi pipi nya. Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk mengatakan nya. Di hadapan 1000 lebih penonton, aku mengumumkan kelulusanku.

Suasana mendadak riuh, seketika aku mendengar sayup-sayup tangisan Shania. Aku sendiri tak bisa menahan air mata yang deras. Kinal langsung menenangkan penonton dan member lainnya. Akhirnya kami semua kembali ke backstage. Sesampainya di backstage, Stella memeluk ku erat. “Kenapa?” hanya kata-kata itu yang terucap dari bibirnya yang mungil. Aku memeluk nya erat, kulihat di sekelilingku, Nabilah dan Shania menangis sejadi-jadi nya. Di pojok, Kinal mencoba menenangkan Ve yang masih kebingungan. “Mova, tolong jaga Stella sebentar ya”, lalu aku pun beranjak mendekati Diasta. Sahabatku ini nampak tegar. Aku mencoba mengusap pipi nya yang basah, "Maaf ya Nyash, ngedadak banget" Diasta hanya mengangguk, aku pun memeluknya.

Malam itu, akhirnya aku dapat lepas dari kepompong dan berubah menjadi kupu-kupu yang cantik.      
By. Maroza Sulaiman
Disclaimer:- Cerita ini murni fanfic
- Apa yang terjadi sebelum dan sesudah pengumuman graduation hanya  imajinasi penulis belaka
Otanoshimi ni ^_^
Share this article :

Posting Komentar

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger | Distributed by Way2 Blogger Templates